photo tes photo tes

Selasa, 06 Oktober 2015

Kehati-hatian Yang Teratih-atih


                Di dalam gua yang gelap si pemuda berbaring dalam kesendiriannya, bahkan bara api-pun enggan menerangi kesedihannya yang begitu dalam. “Hanya kehati-hatian sikap yang telah kujalani, terasa teratih-atih sikap yang telah ku jalani, harga diri yang ku tancapkan lepas karna sikap yang telah ku jalani, kerelaan terberatpun menjadi sikap yang telah ku jalani dan kesendirian ikut berbaring di sebelahku terseret sikap yang telah ku jalani. Hanya sebuah kehati-hatian... ya... sebuah kehati-hatian yang melakukannya.” Gumam si pemuda yang telah di banjiri tangis dan kesedihannya.


                Kepalanya dipenuhi oleh sebuah teriakan, telinganya berdengung mendekati pecah, badannya tersentak dan menegang, sebuah sapa keras melengking di depannya. “Lihat! Kehati-hatian yang teratih-atih sikap yang telah dijalani pemuda ini! Dia berperan layaknya seorang mesiah yang disalib! Menikmati kesengsaraanya untuk orang yang dia sayangi walaupun pengharapannya tak menoleh ketika kedua tangannya dipenuhi alir merah darah. Ahhh... pilu... apa ketololanmu masih menghinggap wahai pemuda.” Dikejutkannya ia dengan hadirnya si orang gila. 

                “telah lama aku meninggalkan ketergesa-gesaanku dan ketololan panjangku dan menggantinya dengan kehati-hatian. Kutuangkan anggur kasih sayangku pada cawan cintanya hingga penuh dan menetes kebawah dan ketika ku sodorkan cawan cintaku, air cuka yang memenuhinya. Kehati-hatianku di balas dengan keasaman.” Ucap pemuda yang masih di selimuti tangis dan kesedihannya. “ya.. kehati-hatian yang teratih-atih! Ahhh... pilu... sebuah niat untuk tak ingin menyakitinya dan membuang beban pada dirinya dengan mencambuk dirimu dan menaruh gunung besar di pundakmu. Kesia-siaan yang ada pada kebajikanmu pemuda. Petir dan ombak-pun tak dapat mencapai kesadaranmu. Hanya kehati-hatianlah sikap yang kau jalani pemuda. Ya! Kehati-hatian yang teratih-atih! “ perkataan si orang gila dengan ketegasan.

                “Biarlah aku teratih-atih akan kehati-hatianku, biarlah hewan-hewanku meninggalkanku dengan kesendirianku, biarlah lubang dan layu pada sayap metaforaku,biarlah tarantula menari di punggungku, biarlah duri mawar merah menusuk mati diriku, biarlah luka cambuk dan gunung kutopang dengan pundakku, biarlah petir dan ombak tak menyadarkanku, biarlah bangkai cinta busuk disantap mulutku. Hatinya dan kebahagiannya yang harus kujaga, sebuah janji dan kata telah ku ukir di atas batu yang akan ku pasangkan pada monumen hidupku.” Jawab si pemuda dengan sebuah suara  keyakinan.

                “ahhh... pilu... kenaifan membutakanmu pemuda. Sebuah kesakitan yang kau nikmati, sebuah jurang dalam yang kau loncati, sebuah kehati-hatian yang kau jalani. Ahhh... sebuah cinta yang telah terpuruk mati. Ahhh... rasa kasihanku akan terus memandang hidupmu yang kau isi dengan kepiluan dan kesendirian pemuda. Sudah saatnya kau beranjak keluar gua ini dengan langkah kehati-hatianmu yang teratih-atih. Semoga matahari menghangatkan kesendirianmu dan angin menyejukan luka pilumu.” Jawab si orang gila dengan kesedihan pada suaranya.

                “ya... sudah saatnya aku bergegas melanjutkan jalanku walau teratih-atih karna kehati-hatianku. Akan ku seret kesedihan dan kesendirianku, akan ku angkat batu janji dan kata-kata ku, akan ku jaga sebuah hati seseorang yang telah membuat asam hatiku, akan ku hapus keraguan pada bangunku. Telah datang masa ketika hal yang paling kutakuti telah menjadi sahabatku, kesendirianlah hal yang paling ku takuti hingga kesendrianlah menjadi hal yang paling kurindui.” Kata si pemuda dengan semangat yang tertahan kesedihan.

                “Ahhh... pilu... semoga dunia ikut mengejang mengikuti irama langkahmu yang teratih-atih pemuda, semoga hujan menutup tangis dan kesedihanmu pemuda, semoga monume hidupmu berdiri dengan kokoh pemuda. Aku akan selalu menjadi bayanganmu, karna akulah kegilaan dan kewarasanmu.” Kata si orang gila dengan sebuah harapan.

4 komentar:

  1. - jasad yang diperkosa keterpurukan akan melahirkan wajah2 yang tidak mudah untuk diperkosa
    - marahlah ketika kita sedang tidak marah

    BalasHapus
  2. bikin buku dong, masa ngga bisa sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. buahahaha gokiiillll, masih jauh ah broooo, ntar aja klo udah bejenggot biar mantes wkwk

      Hapus