photo tes photo tes

Kamis, 19 Desember 2013

Sembahlah Ego Kalian Wahai Manusia!

                Di siang hari dalam keramaian pasar berlarilah si “orang gila” yang membuat orang-orang yang berada di sana muak dan jijik melihat tingkah lakunya. Si orang gila berlari kearah peti buah apel sambil meneriakan “sembahlah ego kalian wahai para manusia!” berulang kali. Lalu dia pun melompat kearah peti buah apel itu sambil mencibir dan memandang sinis orang-orang di sana. Dan dia pun berkata:
                “Manusia adalah makhluk ter-ego yang pernah aku temui! Dan memang sudah tertanam ego dalam jiwa manusia sejak mereka keluar dari rahim ibu mereka. Ego mereka pun mulai menggerogoti jiwa-jiwa mereka yang mulai busuk! Sehingga jiwa mereka hanya ada ego yang berkuasa.

                Maka dari itu temanku, larilah ke dalam keegoisan dan kesendirianmu. Karna kulihat kau dipekakan oleh suara bising dari orang-orang kecil dan disengat disana-sini oleh orang-orang besar. Ah, biarkanlah para lalat-lalat beracun itu, biarkan mereka mencari jiwa-jiwa manusia yang masih segar. 

                Dan saat itu kau tidak akan merasakan sengatan mereka yang menyakitkan. Lalat-lalat beracun itu akan lari menjauhimu. Kau akan tertidur pulas dalam kesendirianmu, dan ketika kau terbangun kau akan dengan angkuh mencemooh mereka yang masih mempunyai jiwa yang segar.

                Apa kau melihat buah apel yang sedang aku injak-injak ini? Ketika mereka tumbuh tinggi di pucuk pohon, tidak akan ada yang berani mengambil nya. Tetapi ketika apel ini terjatuh, hancurlah berkeping buahnya. 

                Sesungguhnya, ego yang cerdik ini, yang tidak memiliki cinta, yang mencari keuntungan diantara yang banyak – dia bukan asal muasal dari kebahagiaan tapi justru penyebab keruntuhan.

                Tetapi temanku, jika kau tetap ingin merasakan jiwa yang segar di dalam dirimu maka menjauhlah! Dan rasakan sengatan dari lalat-lalat beracun! Karna harus ada harga yang di bayar. Darahlah yang dengan lugunya mereka inginkan dari engkau . Darahlah yang diinginkan oleh jiwa-jiwa mereka yang tersesat – dan karenanya mereka menyengat, dengan segala keluguan.

                Mereka berdengung di sekitarmu dengan pujian: pujian mereka mendesak sebab mereka ingin dekat dengan kulit dan darahmu. Sebelum engkau dapat sembuh, belatung-belatung beracun yang sama sudah kembali merayap di tanganmu.

                Dan di saat kau sekarat pun, jiwa-jiwa busuk mulai memaki dirimu, mulai meludahi mukamu, mulai menginjak-injak ragamu –di saat itulah tersingkap jiwa mereka yang sudah dikuasai oleh ego yang mereka sembah.

                Apa kau melihat peti apel yang aku injak-injak ini? Sangat hina peti yang aku injak ini! Sangat rapuh peti yang aku injak ini! – Tetapi peti ini dengan sombongnya menampung puluhan buah apel agar tidak menghilang jauh.

                Sesungguhnya wahai saudaraku, rasa kesakitanmu ini bukanlah penyebab keruntuhan, akan tetapi asal muasal dari kebahagian.”

                Setelah si orang gila selesai meneriakan wejangannya kepada kerumunan orang di pasar. Salah satu dari orang-orang itu berteriak padanya: “apa yang sebenarnya kau katakan orang gila! Bukankah kau juga manusia!? Dan untuk apa kita harus mendengarkan perkataanmu!”

                Si orang gila tiba-tiba terkaget lalu di sambung dengan tawa yang terbahak-bahak. Dia pun berkata: “apa kau sudah gila!? Bukankah orang gila jiwa nya sudah rusak? Karna akalnya pun tidak sama dengan para orang waras! Maka dari itu mereka selalu mempunyai pikiran yang berbeda disbanding orang-orang waras.”

                Si orang gila langsung melompat ke arah kerumunan itu lalu mulai berlari mengitari mereka sambil meneriakan “sembahlah ego kalian wahai manusia!” berulang-ulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar